Selasa, 10 Maret 2009

Ikan Cupang


Klik untuk melihat foto lainnya...

Di Pulogadung, sepanjang hari Arji Reynoldi Rachman menikmati bisingnya bentangan baja yang dipotong. Di Tanahabang, Tjandra Halim sibuk mengukur kain. Nun, di Gajahmada, Andreas Lukman Sutjiadi bergelut dengan tinta, kertas, dan mesin cetak. Namun, pada pagi dan malam hari, ketiga orang itu memiliki kesibukan yang sama: mencomot kutu air dan memasukkannya ke akuarium berukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm.

Itulah kesibukan masing-masing pekerja dan pengusaha berduit memelihara klangenannya. Ketika akan berangkat maupun setelah pulang bekerja, mereka memiliki kesibukan yang sama, menengok cupang cantik itu. Pada hari libur perhatian pada ikan rawa itu kian luar biasa. Rutinitas memasukkan kutu air bertambah dengan berbasah ria. Arji Reynoldi Rachman di Jakasampurna, Bekasi, misalnya. Menjelang akhir pekan ia mempersiapkan air yang ditampung di tiga drum besar berisi 100 liter. Tepat di hari libur air tampungan berpindah ke akuarium. 'Minimal 2 kali seminggu air akuarium harus diganti,' ujar manajer pabrik PT Bumi Kaya Steel Industries itu.

Hal senada juga dialami Tjandra Halim di Bendungan Hilir, Jakarta Pusat. Bagi pengusaha kain di Tanahabang, Jakarta Pusat, itu hari libur merupakan hari istimewa. Sebanyak 30 akuariumnya dikuras dan diganti dengan air baru. 'Karena air di sini kurang bagus, biasanya saya pakai air mineral,' kata suami Ritasari itu.

Lain lagi dengan Andreas Lukman Sutjiadi di Green Garden, Jakarta Barat. Pemilik percetakan Gama di Jakarta Pusat itu lebih dulu mempersiapkan larutan daun ketapang sebelum hari libur tiba. 'Hari minggu khusus saya luangkan waktu untuk mengganti air akuarium dengan air daun ketapang,' tuturnya.


0 komentar: